foto : illustrasi perang badar |
Oleh: Archan The Revolutionist
Sebagaimana orang yang tenggelam, saya tak bergeming ketika menyelam
didalam lautan manusia. Justru dalam 'diving' itu, saya menyaksikan
banyak keindahan yang mempesonakan.
Ketika baru awal menceburkan diri, beberapa langkah dari kendaraan saja
barisan manusia yang menawarkan makanan dan minuman sudah menyambut
dengan suka cita. Mulai dari kurma, roti, nasi bungkus serta berbagai
air mineral baik bentuk maupun merk. Ini orang berebut berbuat baik,
berebut bisa melayani.
Mereka saling mencintai satu dengan lain, sebagaimana tulisan saya yang
lalu tentang al Maidah yang 'bergerak', kini tibalah kita di ayat 54.
Coba selami maknanya dengan hati,
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad
dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah
lembut terhadap orang yang Mukmin, yang bersikap keras terhadap
orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui."
Jika anda melihat dan ikut tenggelam dalam samudera 212, maka anda pun
akan menyaksikan perwujudan dari ayat 54 tersebut. Setelah carut marut
upaya penggagalan aksi 212 itu gagal, mulai dari tuduhan dibayar, makar,
kudeta, ditunggangi, pelarangan PO bis, penyebaran selebaran lewat
helikopter, razia, pemboikotan hingga intimidasi di bandara, sungguh
kita seumpama disuguhkan oleh sikap orang-orang yang mengaku islam tapi
seolah murtad karena tidak ada pembelaan sedikitpun ketika Qur'annya di
lecehkan. Bukan saja dengan kata-kata, tapi juga belakangan dijadikan
keset oleh oknum yang tak punya nurani. Padahal jelas ancaman Allah bagi
mereka yang murtad.
Tapi Allah benar-benar datangkan kaum yang mencintai Allah, berjalan
kaki ratusan kilometer, berkorban dengan harta dan jiwa, meninggalkan
pekerjaan dan kepentingan di kampung halaman. Mereka datang dari seluruh
penjuru mata angin. Berkumpul di satu yang memiliki emas pada
puncaknya. Mungkin ini simbol menuju titik puncak zaman keemasan.
Bahagianya mereka karena Allah juga mencintai mereka.
Dengan massa lebih dari 7 juta orang, mereka semua saling berkasih
sayang dan nasehat menasehati. Tak sedikit yang mengingatkan untuk tidak
menginjak rumput, tak sedikit yang mengingatkan untuk mengambil sampah,
tak sedikit yang saling menuangkan air untuk wudhu, tak sedikit yang
menawarkan makan dan minum. Padahal, banyak dijalanan yang karena spion
tersenggol saja bisa sumpah serapah dan caci maki. Kemarin? Yang kakinya
terinjak saja masih tersenyum memberi maaf.
Seumpama orang yang tenggelam, mereka tak peduli jika ada yang
melecehkan, menghina, mencaci dan mencela yang mereka lakukan. Mereka
sedang tenggelam dalam kelezatan iman. Mereka sedang berpasrah terhempas
gelombang hidayah yang menghanyutkan. Wajar saja sikap para pencela
itu. Mereka tak merasakan bagaimana arus kasih sayang Allah
menghanyutkannya. Bahkan teman saya yang non muslim saja bingung mengapa
air matanya bisa menetes. Ia terharu dengan kepatuhan umat islam.
Jika presiden dan wakilnya serta beberapa menteri ikut hadir, itu bukan
karena bernyali. Apalagi datang pas sholat jum'at saja, siapa yang mau
rusuh saat sholat? Justru pidato yang sangat singkat adalah sebuah
bentuk kepengecutan, karena kalau saja presiden bicara lebih lama
sedikit, bisa jadi ia disoraki dan diteriaki jutaan orang. Baru beberapa
kata saja teriakan tangkap ahok sudah bergema, apalagi lebih lama lagi.
Jadi strategi presiden kemarin sudah tepat sebagai bentuk menyelamatkan
muka.
Para pejuang kedamaian ini apakah pengecut? Apakah penakut? Tentu tidak!
Hujan gas air mata saat 411 lalu saja tak membuat mereka mundur,
apalagi hujan yang Allah turunkan sebagai rahmatNya. Bahkan dihujani
peluru musuhpun adalah karunia baginya untuk menjemput kesyahidan.
Mereka tak gentar sedikitpun terhadap musuh-musuh Allah. Itu adalah
karunia dari Allah yang Maha Luas Pemberiannya.
Senjata orang beriman adalah doa, dan aksi 212 harusnya menjadi bentuk
kewaspadaan yang tinggi bagi para penista dan orang-orang yang memusuhi
Allah. Karena senjata terampuh sudah digunakan dan diledakkan secara
masif. Ketika pelatuk sudah ditarik, maka tunggulah ledakkannya. Aksi
212 adalah bentuk penerapan dari al Maidah 55. Bacalah dengan iman!
"Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang
yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka
tunduk (kepada Allah)."
(QS. Al Maidah, 5:55)
Lebih dari 7 juta orang hadir untuk meyakini bahwa hanya Allah Yang Maha
Menolong. Mereka datang saat bulan kelahiran Rasulullah dan merayakan
maulidnya sebagai bukti cintanya. Mereka yakin Rasulullah akan
menolongnya bersama orang-orang yang beriman. Mereka sholat sembari
dicucuri rahmat dari langit. Mereka tertunduk penuh harap saat doa qunut
dikumandangkan. Mereka sedang menjemput apa yang Allah janjikan dalam
ayat selanjutnya. Mereka sedang menjemput sebuah kepastian kemenangan.
"Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman
menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah
yang pasti menang."
(QS. Al Maidah, 5: 56)
Sungguh Maha Benar Allah dengan segala firmanNya.